Keraton Yogyakarta-Masjid
Agung
Masjid
Agung Keraton Yogyakarta adalah bangunan masjid yang didirikan di
pusat (ibukota) kerajaan. Bangunan ini didirikan semasa pemerintahan
Sultan Hamengku Buwana I. Perencanaan ruang kota Yogyakarta konon
didasarkan pada konsep taqwa. Oleh karenanya, komposisi ruang luarnya
dibentuk dengan batas-batas berupa penempatan lima masjid kasultanan
di empat buah mata angin dengan Masjid Agung sebagai pusatnya. Sedangkan
komposisi di dalam menempatkan Tugu (Tugu Pal Putih) - Panggung
Krapyak sebagai elemen utama inti ruang. Komposisi ini menempatkan
Tugu Pal Putih-Keraton-Panggung Krapyak dalam satu poros.
Bangunan
Masjid Agung Keraton Yogyakarta berada di areal seluas kurang lebih
13.000 meter persegi. Areal tersebut dibatasi oleh pagar tembok
keliling. Pembangunan masjid itu sendiri dilakukan setelah 16 tahun
Keraton Yogyakarta berdiri. Pendirian masjid itu sendiri atas prakarsa
dari Kiai Pengulu Faqih Ibrahim Dipaningrat yang pelaksanaannya
ditangani oleh Tumenggung Wiryakusuma, seorang arsitek keraton.
Pembangunan masjid dilakukan secara bertahap. Tahap pertama adalah
pembangunan bangunan utama masjid. Tahap kedua adalah pembangunan
serambi masjid. Setelah itu dilakukan penambahan-penambahan bangunan
lainnya.
Bangunan
Masjid Agung terdiri dari beberapa ruang, yaitu halaman masjid,
serambi masjid, dan ruang utama masjid. Halaman masjid terdiri atas
halaman depan dan halaman belakang. Halaman masjid merupakan ruangan
terbuka yang terletak di bagian luar bangunan utama dan serambi
masjid. Halaman ini dibatasi oleh tembok keliling. Sedang halaman
belakang masjid merupakan makam Nyi Achmad Dahlan dan beberapa makam
lainnya..
Ada
lima buah pintu yang dapat digunakan untuk memasuki halaman masjid.
Dua buah pintu terletak di sisi utara dan selatan. Sedangkan pada
sisi timur terdapat sebuah pintu yang berfungsi sebagai pintu gerbang
utama. Bentuk pintu gerbang yang sekrang ini adalah semar tinandu
dengan atap limasan. Pada kedua sisi gapura ini terdapat dua bangunan
yang disebut bangsal prajurit. Pintu gerbang dihubungkan dengan
sebuah jalan yang membelah halaman depan menjadi dua bagian. Jalan
ini diapit dua buah bangunan yang dinamakan pagongan.
Bangunan
serambi masjid dipisahkan dari halaman masjid. Bangunan pemisahan
itu berupa pagar tembok keliling dengan lima buah pintu masuk. Pada
sisi timur terdapat tiga buah pintu dan satu buah pada sisi utara
serta selatan. Bangunan serambi ini juga dikelilingi dengan sebuah
parit kecil (kolam) pada sisi utara, timur, dan selatan. Tempat/bangunan
yang digunakan untuk berwudhu terdapat di sebelah utara dan selatan
serambi.
Bangunan
serambi masjid berbentuk denah empat persegi panjang. Serambi didirikan
di atas batur setinggi satu meter. Pada serambi ini terdapat 24
tiang berumpak batu yang berbentuk padma. Umpak batu tersebut berpola
hias motif pinggir awan yang dipahatkan. Atap serambi masjid berbentuk
limasan.
Pada
sebelah barat serambi ini berdiri bangunan Masjid Agung yang merupakan
ruang utama salat. Ruangan masjid berbentuk denah bujur sangkar.
Bangunan ,asjid didirikan di atas batur setinggi 1,7 meter. Pada
sisi utara masjid terdapat gedung pengajian, kamar mandi, dan WC
untuk pria. Sedang yang diperuntukkan bagi wanita berada pada sisi
selatan. Mihrab berada pada dinding sebelah barat. Pada dekat mihrab
terdapat sebuah mimbar dan maksurah, masing-masing terletak di sebelah
utara dan selatan mihrab.
Atap
tajug bertumpang tiga menutupi ruang utama Masjid Agung ini. Pada
puncak atap terdapat mustaka. Ketiga atap masjid ini didukung oleh
dinding tembok pada keempat sisi ruangan dan tiang berjumlah 36
buah. Tiang-tiang tersebut berpenampang bulat tanpa hiasan (polos).
Ketiga puluh enam tiang tersebut terdiri atas empat buah saka guru,
12 saka rawa, dan 20 saka emper.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar